Sunday, December 27, 2009

Meniti Kehidupan

Berbicara soal perjalanan hidup manusia, umur kronologis kita bagaikan sebuah perjalanan yang unik. Ada yang mengumpamakan seperti sebuah biduk yang mengarungi sebuah samudra yang dalam dan luasnya tidak bisa diukur. Ada yang mengumpamakan sebuah perjalanan mendaki sebuah gunung; ada waktunya mendaki, dan ada waktunya menuruni bukit yang terjal. Apapun perumpamaannya, hidup kita memang sebuah perjalanan yang terus setiap detik akan bergulir maju ke depan. Waktu yang telah lalu, tidak mungkin diulangi, karena kita hidup pada masa kini.
Pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi pengalaman mengikuti sebuah acara temu wicara dengan seorang guru kehidupan yang terkenal, yang berasal dari Bangalore.
Bulan April tahun yang lalu, saya sangat beruntung bisa menghadiri sebuah acara bincang-bincang dengan the Smiling Guru dari Bangalore yang bernama Sri Sri Ravi Shankar atau yang mendapat panggilan/julukan:'Guruji' di hotel Shangri La, Jakarta. Topik yang dibawakan pada malam itu adalah:"Damai di Hati, Damai di Bumi". Intinya, kalau kita ingin melakukan sesuatu untuk perdamaian di bumi ini; maka nomer satu yang terlebih dahulu dilakukan adalah membuat damai di hati kita masing-masing. Pada acara ini, Guruji juga memberi waktu untuk tanya jawab, setelah acara tanya jawab, Gurujipun mengajak semua peserta untuk melakukan beberapa teknik relaksasi, dan diakhiri dengan hening diri.
Pada acara tanya jawab, ada seseorang peserta dari Bali bertanya tentang tahapan dalam perjalanan kehidupan. Menimpali pertanyaan salah seorang peserta dari Bali, Beliau menerangkan bahwa perjalanan hidup manusia dibagi menjadi empat bagian:

Perjalanan Tahap I: Adalah tahap 25 tahun pertama(usia 0-25 tahun) dalam kehidupan seseorang. Di masa ini, seseorang menjalani masa perkembangan dari bayi sampai dewasa, masa mencari dan membentuk jati diri, dan masa mencari ilmu duniawi: sekolah, kuliah, cari gelar sarjana, bersosialisasi, mencari pacar, mencanangkan mimpi yang ingin dikejarnya.

Perjalanan Tahap II: Adalah tahap 25 tahun berikutnya (26-50 tahun): Usia pemantapan diri. Di masa ini orang sudah mulai bekerja, mendapatkan jodoh dan membentuk keluarga, menabung dan meniti karir. Memiliki rumah sendiri, memisahkan diri dari ortu dan mandiri, mengejar mimpinya, memberikan pendidikan yang layak kepada anak-anaknya.

Perjalanan Tahap III: Adalah tahap 25 tahun ke tiga (usia 51-75 tahun): Di masa ini seseorang sudah mendapatkan impiannya, anak-anak sudah mulai dewasa, pada masa ini seseorang ingin mengabdikan sisa perjalanan hidupnya untuk ‘membayar kembali’ apa yangtelah diraihnya. Mulai memikirkan untuk melakukan kebaikan tanpa harus mendapatkan imbalan materi, mempersiapkan untuk tahap terakhir dalam perjalanannya.

Perjalanan Tahap Terakhir: Adalah usia 25 tahun terakhir (76-100 tahun). Di masa ini adalah masa ketenangan dan kedamaian berjalan sampai ke penghujung perjalanan kehidupan. Walaupun ada orang yang mencapai usia lebih dari 100 tahun, mereka dimasukkan dalam tahap ini juga. Diharapkan bila seseorang bisa mencapai ke tahap terakhir ini, semua mimpinya sudah tercapai, dan sudah bisa memenuhi kewajibannya, dan tenang bejalan-jalan di sebuah taman yang penuh bnga indah, dan ada sungai yang airnya gemercik menenangkan, berjalan sampai senja tiba.

Hanya saja, kita semua mempunyai perjalanan hidup yang masing-masing berbeda, penuh misteri kehidupan. Ada yang tahapan-tahapan terjadi mendahului teori di atas, sudah mencapai impiannya dan bisa berbagi sebelum usia 50 tahun tiba. Pun ada yang sampai tahap ke III juga masih bingung mempertanyakan:”Aku hidup untuk apa dan Siapakah aku ini?”, masih mengejar impian yang belum kunjung selesai dan malahan makin jauh untuk dijangkau dan merasa pilihan hidupnya salah…….Ada yang mencapai tahap terakhir tanpa rasa damai, malahan merasa takut menghadapi sang detik terakhir karena sulit memaafkan masa lalu yang pernah dijalaninya. Bagi yang pasrah (surrender), menjalani perjalanan hidupnya, menikmatinya dengan rasa syukur, masa tahap ke empat ini dijalani dengan damai dan tersenyum.

Anda bisa juga merenung, berkomunikasi dengan diri Anda sendiri, bagaimana tahapan-tahapan di dalam perjalanan kehidupan Anda? Berapapun rentang perjalanan yang telah Anda tempuh, apapun dan bagaimanapun yang telah Anda lalui, detik-detik kita terus bergerak maju mendekat titik terakhir, dan perjalanan kita selalu mengalami perubahan. Masa lalu adalah pembelajaran bagi kehidupan selanjutnya. Salah langkah yang pernah terjadi adalah sebuah cubitan dan himpitan yang menjadi sebuah peringatan untuk tidak diulangi, dan juga meningkatkan kebijaksanaan dan kedewasaan kita dalam melangkahkan kaki kita ke depan. Karena yang terpenting adalah bagaimana menghadapi masa kini sebaik-baiknya, lebih baik dari masa lalu, dan membuat perjalanan hidup selanjutnya lebih berguna dan bermakna. Baik bagi kehidupan kita sendiri dan juga orang lain. Sehingga kita bisa melangkahkan kaki kita sampai ke penghujung perjalanan kita dengan damai dan tersenyum.
Selamat menikmati langkah-langkah kaki Anda dalam proses meniti perjalanan kehidupan Anda. Pada saat kita bisa berdamai dengan diri kita sendiri, pada saat itulah kita bisa mulai berpartisipasi dalam membentuk perdamaian di bumi kita yang satu ini. (Emmy LD)

0 komentar:

Post a Comment

0 people have left comments

Commentors on this Post-

Recent Comments-